Apa sebetulnya masalah keuangan yang dimaksud? Bisa jadi kita sedang
tidak sadar bahwa utang semakin menumpuk, karena kehilangan daya beli
membuat kita harus melakukan beberapa perilaku dari 7 pernyataan itu.
Atau
bahkan Anda sudah masuk lingkaran “setan” yang namanya terjerat
cengkeraman utang? Tentunya tekanan psikologis pun sangat tinggi
dirasakan. Tidak jarang kita mendapati berita orang berfikir pendek
sampai bunuh diri gara-gara terjerat cengkeraman utang. Ngeri juga hantu
blau yang namanya Cengkeraman Utang ini ya?.
Para
pembaca yang budiman, terjerat cengkeraman utang bukanlah akhir dari
segalanya. Selama kita punya kemauan untuk terbebas dari cengkeraman
utang, yakinlah Sang Maha Pencipta akan memberi petunjuk dan kemudahan.
1. Merubah Gaya Hidup Finansial
Kendala
terbesar dalam rangka tekad kita terbebas dari cengkeraman utang adalah
merubah gaya hidup finansial kita. Gaya hidup finansial adalah
dinamisasi hubungan antara pendapatan (income) dan bagaimana kita memanfaatkannya (spending).
Perlu disadari bahwa gaya hidup finansial kita selama ini telah membawa
kita terjebak dalam cengkeraman utang. Jadi milikilah tekad untuk
mengubah gaya hidup. Mulailah dengan mengenali betul, apakah pola
belanja kita selama ini lebih kepada memenuhi keinginan kita?
Prihatinlah
dulu untuk lebih memenuhi kebutuhan kita ketimbang keinginan kita.
Paling tidak sampai kita terbebas dari cengkeraman utang ini kelak.
Buatlah rencana perubahan gaya hidup finansial yang fokus pada efisiensi
anggaran bulanan. Saya sarankan untuk dibuat secara tertulis.
2. Mengenali Struktur utang saat ini Untuk
mendapatkan solusi masalah secara optimal, syarat utamanya adalah kita
harus tahu persis masalah yang dihadapi. Berapa jumlah utang yang masih
tertunggak? Berapa beban bulanan yang harus tersedia untuk menyelesaikan
utang-utang tersebut. Susunlah secara tertulis dan buat daftar
prioritas dari jumlah utang yang terkecil.
3. Identifikasi kemampuan saat ini
Dari
hasil tekad merubah gaya hidup finansial, kita tahu berapa kemampuan
kita menyisihkan pendapatan kita untuk dialokasikan pada rencana
pelunasan beban utang kita. Sehingga kita dapat menghitung berapa jumlah
kekurangan dana untuk memenuhi kebutuhan minimum beban bulanannya. Bila
sampai langkah ini, ternyata hasilnya kita sudah mampu membayar
kebutuhan minimum beban hutang kita. Segera lakukan tindakan sesuai
rencana dengan disiplin.Perlu diingat, bahwa menyisihkan pendapatan
adalah kegiatan yang harus dilakukan lebih dulu sebelum kita
memanfaatkannya lebih lanjut. Bila masih defisit, lanjutkan langkah
berikutnya.
4. Negosiasi ulang dengan Pemberi Utang
Selalu
ada jalan untuk meringankan beban utang kita melalui pendekatan dengan
pihak pemberi pinjaman. Bicarakanlah kesulitan yang kita hadapi dan
negosiasikan skema terbaik yang bisa diberikan pihak pemberi utang
sebagai solusi, baik dari sisi penjadwalan ulang waktu pelunasan hingga
pertimbangan kembali pembebanan bunga. Bila hasil negosiasi ini belum
dapat memenuhi kebutuhan rencana pelunasan utang, kita bisa mencoba
langkah selanjutnya.
5. Memanfaatkan aset yang adaJika
kita masih memiliki aset, jalan termudah dalam memanfaatkan aset untuk
mengurangi atau melunasi beban utang kita adalah dengan menjualnya.
Namun sebagai konsekuensinya, kita kehilangan manfaat dari aset
tersebut. Ada baiknya kita mempertimbangkan untuk memanfaatkan aset
tersebut sebagai jaminan/agunan untuk utang baru. Sebagai catatan, dana
yang bisa dihasilkan harus bisa melunasi seluruh utang kita atau paling
tidak sebagian besar (minimal 80 persen dari total beban utang).
Carilah
skema utang baru yang memberikan peluang waktu pengembalian yang cukup
panjang dan tingkat suku bunga serendah-rendahya untuk mendapatkan
jumlah pinjaman yang cukup besar, dengan beban cicilan yang ringan.
Langkah ini biasa disebut pengambil alihan utang (Debt Take Over).
Bila tidak bisa secara langsung, saat ini ada pihak ketiga yang bisa
membantu dan bertindak atas nama kita. Pihak ketiga ini yang akan
berhadapan dengan bank (atau institusi finansial lainnya). Tentu saja
ada fee yang harus dibayarkan atas jasa pengurusan ini.
6. Mencari pinjaman “LUNAK”
Mengingat masalah finansial cukup sensitif dan bersifat pribadi,
langkah ini bisa dijadikan alternative terakhir. Pinjaman “LUNAK” yang
dimaksud adalah dengan meminjam sejumlah uang kepada keluarga atau
kerabat terdekat kita. Ajukan jangka waktu yang cukup panjang dan
cicilan tanpa bunga. Bicara apa adanya kesulitan yang dihadapi.
Berkomitmen penuh untuk menepati pelunasan yang kita janjikan. Mohon
diingat, tali silaturahmi jauh lebih penting daripada uang.
7. Mempertahankan dan Mengembangkan Gaya Hidup Finansial yang Baru
Kita
jangan cepat puas pada saat sasaran kita untuk bebas dari cengkeraman
utang tercapai. (kalau sudah mampu membayar cicilan utang tepat waktu
berarti kita sudah bebas dari cengkeraman bukan?). Lanjutkan gaya hidup
yang sudah lebih baik ini untuk mencapai sasaran-sasaran finansial kita
berikutnya. Tingkatkanlah nilai yang bisa disisihkan sesuai kemampuan.
Kita akan terkagum-kagum akan kekuatan menyisihkan pendapatan diawal
ini. Boleh jadi di suatu saat kelak, kita terkaget-kaget mendapati
kemampuan finansial yang kita miliki.
dikutip dari harian kompas : Perencanaan Keuangan Rabu, 20 Juli 2011
Rabu, 09 Oktober 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar